Lidikcyber.com, Asahan – Kota Kisaran, yang berada di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, menyimpan jejak sejarah yang kaya dari masa kolonial Belanda. Salah satu peninggalan bersejarah yang masih berdiri hingga kini adalah rumah sakit legendaris yang dulu dikenal sebagai Catharina Hospitaal kini bertransformasi menjadi RSU Ibu Kartini Kisaran, Jalan Besar Sech Silau, Sei Renggas Kota Kisaran, Kabupaten Asahan.Rumah sakit ini bukan sekadar tempat layanan kesehatan, melainkan simbol kemajuan peradaban dan modernisasi sistem medis di tengah geliat industri perkebunan Sumatera Timur pada awal abad ke-20, Jumat (01/08/25).
Didirikan pada tahun 1914 oleh Hollandsch-Amerikaansche Plantage Maatschappij (HAPM) perusahaan perkebunan Belanda-Amerika Catharina Hospitaal awalnya dibangun untuk melayani kebutuhan kesehatan para pekerja perkebunan serta penduduk lokal di wilayah Kisaran, Tanjung Balai, dan Tebing Tinggi. Kawasan ini kala itu merupakan episentrum ekonomi kolonial, yang berkembang pesat melalui komoditas tembakau, karet, dan kelapa sawit.
Berdiri di atas lahan seluas lebih dari satu hektar, rumah sakit ini dirancang dengan gaya arsitektur kolonial Eropa yang khas struktur bangunan kokoh, ventilasi lebar, halaman luas, dan lorong-lorong panjang. Tak heran jika Catharina Hospitaal menjadi salah satu fasilitas kesehatan paling modern di wilayah Sumatera Timur pada masanya.
Nama Catharina sendiri berasal dari seorang perempuan Belanda bernama Catharina Aaders, putri dari pejabat tinggi pemerintahan Hindia Belanda yang wafat muda pada tahun 1894 di usia sekitar 20 tahun. Berdasarkan catatan sejarah dan arsip lokal, nama Catharina diabadikan sebagai bentuk penghormatan terhadap keluarga Aaders yang dianggap berjasa dalam pengembangan sektor perkebunan di Asahan. Meski bukan seorang dokter atau perawat, nama Catharina dijadikan simbol kelembutan dan kemanusiaan dalam bingkai budaya kolonial sebuah representasi citra perempuan Eropa sebagai pelambang kasih dan peradaban di tanah jajahan.
Peran strategis rumah sakit ini bahkan mendapat perhatian dari pemerintah kolonial. Pada 1925, Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Dirk Fock, melakukan kunjungan resmi ke Catharina Hospitaal, menunjukkan pengakuan terhadap pentingnya sistem pelayanan kesehatan di Hindia Belanda, khususnya di Sumatera.
Pasca kemerdekaan Indonesia, kebijakan nasionalisasi pada era 1960-an turut mengalihkan kepemilikan Catharina Hospitaal dari tangan HAPM ke pihak nasional. Rumah sakit ini kemudian dikelola oleh PT Bakrie Sumatera Plantations (BSP) yang menggantikan peran HAPM dalam sektor perkebunan di wilayah tersebut. Meskipun sempat mengalami keterbatasan dalam pendanaan dan infrastruktur, rumah sakit tetap beroperasi dan melayani masyarakat.
Tonggak sejarah baru terjadi pada tahun 2015, ketika pengelolaan rumah sakit resmi berpindah ke tangan swasta lokal di bawah naungan PT Kartini Sentra Medika. Nama Catharina Hospitaal pun berubah menjadi RSU Ibu Kartini Kisaran. Sejak saat itu, rumah sakit ini terus berkembang, melanjutkan perannya sebagai pusat layanan kesehatan masyarakat Asahan.
Meski telah berganti nama dan pengelola, sebagian besar bangunan asli dari tahun 1914 masih terawat dengan baik. Elemen-elemen arsitektur seperti jendela kayu, pintu lengkung, dan lorong panjang tetap menjadi saksi bisu sejarah panjang ini dari masa penjajahan hingga era kemerdekaan.
Kini, RS Catharina bukan sekadar pelayanan medis, tetapi juga cagar budaya arsitektur kolonial yang mencerminkan perjalanan sejarah lokal. Masyarakat Asahan masih akrab menyebutnya sebagai “Katarina”, seolah menjadi pengingat akan keberadaan fasilitas kesehatan pertama yang hadir dengan semangat kemanusiaan di tengah perkebunan kolonial.
Lebih dari sekadar warisan kolonial, keberadaan Catharina Hospital adalah bukti bahwa dalam bayang-bayang kekuasaan dan eksploitasi, pernah ada transfer teknologi dan pengetahuan yang membawa manfaat bagi masyarakat lokal. Setelah lebih dari satu abad berdiri, rumah sakit ini menjadi penanda zaman jejak sejarah yang tak ternilai dalam perjalanan bangsa menuju kemerdekaan dan pembangunan.
Sumber dari Warga sekitar menuturkan, bahwa sebelum peralihan pengelolaan RS Catharina masih banyak peninggalan rumah sakit tersebut.
“Sewaktu belum peralihan pengelolaan masih banyak terpajang berbagai jenis penyakit dari hasil penanganan medis masa zaman kolonial belanda di pintu masuk dalam toples, salah satu orang tua disini dulu ada bekerja di situ sebagai tenaga ambulan.Sempat juga warga disini dulu banyak menemukan di dalam sungai di belakang RS peralatan medis zaman belanda, seperti peralatan laboratorium tapi karena gak mengerti itu berharga dibuang lagi ke sungai oleh warga yang menemukan dengan cara menyelam sungai, ada juga coin – coin uang kuno ditemukan. Dulu catarina itu makam nya di bandar pulau sebelum dipindahkan kebelanda, kalau tahun nya saya kurang tahu”.tutup sumber
Tour off area tim BEM FH UISU dan awak Media ke Kabupaten Asahan, Senin(14/07/25) lalu menyempatkan diri mampir untuk ke RSU Catharina Kota kisaran, tapi karena keterbatasan waktu hanya bisa mengabadikan momen kebersamaan tim, tapi selanjudnya akan melakukan kunjungan khusus ke RSU Katrini tersebut.(tim/red)
Jenis : Feature Biografi
Penulis : A.Panjaitan